Principle and Foundation of Human Life

Published by

on

Banyak orang gagap menjawab pertanyaan mengenai tujuan hidupnya dengan aneka alasan. Pada umumnya orang mengatakan (karena begitulah dikatakan orang lain) bahwa tujuan hidup manusia adalah mencari kebahagiaan. Orang seolah tidak sadar bahwa kebahagiaan merupakan suasana yang tidak perlu dicari-cari: ia sendiri bisa menciptakannya, entah dengan meditasi, entah dengan aneka manipulasi. Lha, andaikanlah hidup ini seperti lomba marathon. Startnya adalah kelahiran kita dan garis finishnya adalah kematian. Di manakah kebahagiaan itu kita tempatkan? Kalau kita mau konsisten dengan target atau tujuan, kebahagiaan itu kita tempatkan di garis finish. Artinya, kebahagiaan itu nanti dicapai pada saat kematian! Pada kenyataannya, karena kebahagiaan adalah suatu suasana, ia tidak perlu ditunggu adanya sampai setelah orang mati. Orang bisa bahagia sekarang ini dan di sini. Orang yang enjoy dengan waktu dan tempat hidupnya, tentulah dia happy, tidak dihancurkan oleh aneka problematika, perasaan, konflik, beban hidupnya. Orang seperti ini hidup tanpa beban meskipun barangkali tugasnya berat. Orang ini enjoy dan sungguh kontak dengan kenyataan. Ia happy dan tak perlu mengidam-idamkan kebahagiaan sebagai tujuan hidupnya.

Goal of lifeUntuk memahami tujuan hidupnya, manusia perlu menimbang-nimbang suatu asas dan dasar yang terbuka untuk semua saja tanpa tergantung pada afiliasi religius yang dihidupinya. Kalau orang secara fundamental tidak menerima asas dan dasar ini, ia tidak dapat mempertanggungjawabkan suatu hidup multidimensional yang terintegrasi dengan baik. Hidupnya, kesuciannya jatuh pada ekstrem atau ujung pendulum antara masa lalu dan masa depan, antara yang privat dan publik, antara yang duniawi dan surgawi, dan seterusnya. Asas dan dasar ini konsekuen dengan pengakuan mengenai dua hal. Pertama, dunia ini tercipta, bagaimanapun rumusan penjelasannya. Artinya, ada Sang Pencipta, bagaimanapun diistilahkan atau dirumuskan atau dinamakan. Kedua, ada relasi antara dunia tercipta dan Sang Pencipta dalam dimensi ruang waktu ini, bagaimanapun relasi itu mau dihayati atau dijelaskan. Asas dan dasar itu bisa dijabarkan dalam empat poin:

  1. Manusia, sosok yang berkesadaran kolektif, diciptakan Sang Pencipta untuk memuliakan Sang Penciptanya: memuji, mengabdi, melayani (dan dengan itu menyelamatkan jiwanya). Manusia tidak terlempar dari ketiadaan begitu saja: ia masuk dalam proses bahkan sejak sebelum terjadi perjumpaan benih laki-laki dan perempuan dari ayah ibunya. Proses itu berujung pada kembalinya manusia kepada ribaan Sang Pencipta. Jika demikian, untuk apakah hal-hal lain (manusia lain, hewan, tumbuhan, kejahatan, kemiskinan, agama, masyarakat, negara, bangsa dan sebagainya) di dunia ini ada dan tercipta?
  2. Ciptaan lain di dunia ini berstatus sebagai sarana manusia untuk memuliakan Sang Penciptanya. Manusia bisa menggunakan ciptaan yang lain itu sebagai sarana untuk mengabdi Sang Pencipta.
  3. Oleh karena itu, dari pihak manusia dibutuhkan suatu sikap lepas bebas (detachment) terhadap sarana-sarana itu. Artinya, ia bisa memakai ciptaan lain sejauh mendukung dirinya untuk mengabdi Sang Pencipta dan melepaskan ciptaan itu sejauh tidak mendukung tujuannya diciptakan. Ia tidak perlu menginginkan sehat lebih daripada menginginkan sakit (karena sakit pun bisa mendukung orang untuk memuji Sang Pencipta), juga tak perlu mengidam-idamkan kekayaan lebih daripada mengharapkan kemiskinan. Pokoknya manusia sadar bahwa anything may happen to his life dan kesemuanya itu bisa menjadi sarana, tetapi juga bisa menjadi penghambat.
  4. Akan tetapi, kalau orang sungguh sudah lepas bebas terhadap aneka sarana, ia pun mestilah mengusahakan suatu sarana yang lebih tepat lagi baginya untuk mencapai tujuan. Meskipun ia sudah lepas bebas terhadap entah menjadi kaya atau miskin, ia haruslah mengupayakan sarana yang lebih atau paling tepat baginya dari waktu ke waktu untuk mencapai tujuannya memuliakan Sang Pencipta (sikap magis).

Beberapa catatan penting:

  • Tujuan hidup manusia bukan kata benda (kekayaan, jabatan, prestasi, popularitas) atau kata sifat (sukses, bahagia, damai, tenang), melainkan kata kerja, suatu aktivitas. Ini mengindikasikan bahwa tujuan itu dikejar sepanjang hayatnya dan orang tak perlu terpaku pada hasil (NATO: No Attachment To the Outcome).
  • Kekeliruan manusia pada umumnya, mereka menerapkan asas ke-4 tanpa dasar asas ke-3 sehingga memutarbalikkan sarana sebagai tujuan dan tujuan malah menjadi sarana (menggembar-gemborkan religiusitas demi meningkatkan pendapatan bisnisnya). Orang mengklaim mencari harta demi mengabdi Sang Pencipta (dengan menyejahterakan banyak orang), tetapi ketika bisnisnya collapse dan jatuh miskin, dia stress berat dan tak bisa bangkit; itu adalah indikasi kuat bahwa harta bukan lagi sarana (kecuali jika stressnya disebabkan oleh compassion terhadap orang-orang lain yang menanggung akibat bisnisnya yang collapse). Itu berarti menjungkirbalikkan asas dan dasar: sarana dijadikan tujuan, dan tujuan diperlakukan sebagai alat saja.
  • Semangat lepas bebas dan magis saling mengandaikan. Orang punya semangat magis jika dia sanggup membuat pilihan yang lebih baik, artinya dia mampu melepaskan sarana yang kurang baik. Sebaliknya, orang baru bisa disebut bersemangat lepas bebas jika memang ia punya komitmen terhadap pilihan magisnya. Tanpa komitmen, orang tak bisa dikatakan lepas bebas dan magis. Jadi, lepas bebas tidak sama dengan indifference dalam arti tak peduli atau tanpa preferensi; sementara magis tidak berarti punya kelekatan terhadap preferensinya.

39 responses to “Principle and Foundation of Human Life”

  1. www.mahatmaberkata-kata.blogspot.com Avatar

    makasih romo, sip sip

    aku langganan aja ah, hehehe..
    atau bolehkah ada semacam kerjasama dengan Romo dalam arti saya kutip mentah2 artikel romo (dengan mencantumkan sumber) untuk menarik pembaca web perhati.

    Like

    1. romasety Avatar

      Wuaduh…ada staf perhati nih, hehehe…. sejak awal menulis itu aku sudah terima kok apa yg kutulis bisa diapa-apakan oleh siapapun, entah mengutip mentah atau matang… jadi prinsipnya sih sumonggo kemawon. Aku rapopo, hehehe… (btw kok blog mahatmaberkata-kata tak bisa kubuka ya? Mau follow jg ga bisa nih)

      Like

  2. atmo Avatar

    http://mahatmaberkata-kata.blogspot.com/ masih bisa kok,
    tadi saya cuma salah mencantumkan web di nama hehehe…
    saya tunggu tulisan-tulisannya.

    btw, karena saya sudah punya softcopy 2 bukunya romo,
    saya gak beli, saya baca saja.
    Tapi saya pengin beli untuk adik saya, nanti pas ke jogja
    minta tanda tangannya yah hehehe….

    Like

    1. romasety Avatar

      Utk adikmu tak usah beli to, nanti kukasih saja… o ya sudah bisa follow mahatmaberkata-kata, tapi berarti kudu menghidupkan blogspot yang tewas sejak 2007… sugeng makarya

      Like

  3. […] Principle and Foundation of Human Life […]

    Like

  4. […] Dikutip dari: https://asetyawansj.wordpress.com/2014/02/21/principle-and-foundation-of-human-life/ […]

    Like

  5. […] Kepasrahan kepada Pencipta memungkinkan umat beriman untuk tidak memandang kenyataan secara sempit: Tuhan punya banyak cara untuk bekerja, untuk mencipta. Artinya, bahkan untuk keselamatan manusia pun, Dia punya aneka jalan meskipun kita mesti meyakini jalan yang kita tempuh sebagai satu-satunya jalan keselamatan bagi kita (ini sejalan dengan poin keempat dari azas dan dasar).  […]

    Like

  6. […] karena melanggar aturan ini itu, melainkan karena ia tidak membangun solidaritas demi terwujudnya azas dan dasar hidup manusia. Dengan kesadaran ini, orang tak perlu jatuh dalam sesat paham bahwa sakramen tobat adalah sarana […]

    Like

  7. […] karena melanggar aturan ini itu, melainkan karena ia tidak membangun solidaritas demi terwujudnya azas dan dasar hidup manusia. Dengan kesadaran ini, orang tak perlu jatuh dalam sesat paham bahwa sakramen tobat adalah sarana […]

    Like

  8. […] tapi jiwa gak perlu berantakan. Kaki boleh mati rasa, tapi jiwa tetaplah hidup. Ini cocok dengan azas dan dasar toh? Kehidupan jiwa inilah yang juga ditunjukkan Musa supaya disasar oleh umat […]

    Like

  9. […] puasa dan pantang juga perlu diletakkan dalam kerangka azas dan dasar (balik ke sana melulu’ nih… lha iyalah, wong namanya prinsip ya mesti jadi acuan): […]

    Like

  10. […] menjadi sarana sinkronisasi kekuatan Allah dan upaya umat beriman karena di situlah terangkum suatu azas dan dasar hidup manusia: bahwa tujuan hidup manusia yang menempatkan Allah sebagai Bapa bagi semua orang ialah memuliakan […]

    Like

  11. […] Godaan berpola seperti godaan yang disodorkan kepada Yesus: harta, hormat, kuasa. Ketiganya disodorkan kepada Yesus supaya diutamakan di atas harta rohani, hormat kepada Allah, dan kuasa Allah sendiri: menjungkirbalikkan azas dan dasar. […]

    Like

  12. […] silakan cari ular tedung lalu melihat tembaga berkilau. Ya mau apa lagi, Tuhan jelas tahu betul azas dan dasar hidup manusia. Ia tentu tahu bagaimana menyembuhkan umat-Nya, bahkan dengan cara yang bertentangan dengan […]

    Like

  13. […] atau menolak sesuatu sesuai dengan inspirasi yang diperolehnya dari Allah sendiri, klop dengan azas dan dasar hidup. Orang ini masuk dalam setiap momen kehidupan dengan menanyai diri sendiri bagaimana mencintai […]

    Like

  14. […] suatu sikap lepas bebas seseorang karena fokusnya adalah tujuan hidup manusia dalam kerangka azas dan dasar. Dengan disposisi ini orang sadar bahwa yang utama dalam hidupnya adalah mengabdi Allah, […]

    Like

  15. […] ketiga memiliki passion, greget, hasrat bernyala atas pilihannya untuk sungguh hidup sesuai dengan azas dan dasar. Dalam diri orang seperti ini, kerohaniannya begitu membara dan bisa menjadi inspirasi bagi sesama […]

    Like

  16. […] itu semua (tuyul, tarot, ramalan, dukun, tenaga dalam, meditasi) muaranya ke mana: sesuai dengan azas dan dasar atau semakin mengerucut kepada kepentingan diri (entah peramal maupun yang diramal)! Konkretnya, […]

    Like

  17. […] adalah dunia yang menjadi medan ‘permainan’ Allah. Lahir kembali berarti orang punya prinsip hidup yang klop dengan permainan Allah itu, dan di situlah mimpi-mimpi, cita-cita, hasrat orang nyambung […]

    Like

  18. […] atau gak boleh punya harta, melainkan soal menggantungkan hidup kepada Tuhan sendiri. Maka, sesuai azas dan dasar, orang gak perlu maksa mengejar harta, apalagi yang tidak membantu dia untuk mengabdi Allah, malah […]

    Like

  19. […] seperti tujuan hidup manusia bukanlah kata benda, melainkan kata kerja. Kalau Yesus Kristus mengatakan Dialah jalan, itu berarti […]

    Like

  20. […] bahaya orang keliru memahami semangat magis yang tertera dalam Azas dan Dasar Latihan Rohani St. Ignasius: asal semakin lebih, itu dianggap magis (yang artinya memang […]

    Like

  21. […] bahkan meskipun kesabaran itu mengkhianati dirinya sendiri! Ia tetap setia pada panggilannya, pada azas dan dasar […]

    Like

  22. […] Perumpamaan tentang benih ini biasanya dipahami sebagaimana orang memahami perumpamaan tentang talenta: seberapa jauh ia menghasilkan buah, seberapa jauh talentanya dikembangkan. Akan tetapi, kalau kurang jeli, bahkan umat beriman pun bisa tersesat ke arah pemegahan diri sebagai pusat semesta, orang bisa terbutakan oleh orientasi pada hasil dan prestasi. Ini jelas tak sejalan dengan azas dan dasar. […]

    Like

  23. […] memiliki cara hidup seperti dirinya. Inilah insight dari  kata magis (“lebih”) dalam azas dan dasar. Setiap orang mesti menemukan apa yang lebih baik dan terbaik bagi dirinya sendiri untuk memuliakan […]

    Like

  24. […] pusat: yang lain-lainnya adalah alat atau instrumen. Loh, katanya semua ciptaan di dunia ini memang instrumen untuk tujuan tertentu! Betul, tapi azas dan dasar itu kan gak bicara soal cara orang memperlakukan […]

    Like

  25. […] orang mesti lepas bebas juga terhadap jabatan, tetapi jelas dalam azas dan dasar ditegaskan bahwa setiap orang mesti memilih jabatan yang lebih tepat baginya untuk memuliakan Allah […]

    Like

  26. […] itu sebetulnya adalah pokok dari Azas dan Dasar: demi semakin besarnya kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia. Manusia diciptakan untuk […]

    Like

  27. […] untuk mengukurnya apa? Principle and foundation! Loh, itu kan juga conditioning. Betul, tetapi ini conditioning yang bisa dipertanggungjawabkan […]

    Like

  28. […] kenyataan hidup ialah detachment (klik di sini kalau mau tau lebih sedikit soal detachment, atau di sini deh). Dengan sikap lepas bebas ini, orang tak takut berharap akan sesuatu. Orang tahu bahwa […]

    Like

  29. […] kata kunci disodorkan azas dan dasar hidup manusia: detachment dan passion. Kata detachment kadang disalahpahami sebagai ketidakpedulian: terserah apa […]

    Like

  30. […] hilang. Ada cara pandang lain yang lebih membebaskan, yaitu cara pandang dari dalam: orang melihat tujuan dan tahu jalan mencapai tujuan itu. Dengan cara pandang ini, aturan dan hukum bersifat relatif terhadap tujuan tadi sehingga […]

    Like

  31. […] diri orang kusta itu seolah sudah ada semangat detachment. Ia berdoa dengan bebas dan Tuhan menanggapinya pula dalam kebebasan. Karena itulah, bisa muncul […]

    Like

  32. […] untuk semakin berfokus pada panggilan Allah sendiri. Sekali lagi, prinsip dasar hidup umat beriman bukan kata benda, melainkan kata kerja: dalam situasi apa pun, orang memuliakan Tuhan. Hanya dengan cara itu orang akan […]

    Like

  33. […] Naaman kembali pada maksud kedatangannya menemui Elisa. Orang-orang ini mengingatkan mereka pada prinsip dasar hidup dan tidak dikacaukan oleh aneka reaksi yang dilandasi oleh logika kekuasaan: menang-kalah dan […]

    Like

  34. […] dorongan untuk memaknai hidup dengan aktivitas.” Hmmm… betul juga ya. Bukankah azas dan dasar hidup manusia itu memang kata kerja? Orang kecil itu bekerja bukan untuk mengumpulkan modal ala kapitalis dan mereka tidak sibuk […]

    Like

  35. […] orang mengerti sungguh azas dan dasar, ia bisa mendeteksi kerancuan sebuah pernyataan yang diatributkan pada Ignasius Loyola, seolah-olah […]

    Like

  36. […] macam ini bolehlah kita pahami dalam kerangka paham yang sudah kita lihat kemarin-kemarin: bahwa tujuan hidup kita adalah suatu kata kerja, suatu lifestyle yang senantiasa berorientasi maju, berkembang. Sekali lagi ini bukan soal […]

    Like

  37. […] diterobos). Alangkah indahnya kalau semua orang bisa berdiskresi dan diskresinya itu klop dengan azas dan dasar hidup manusia. Tapi ya itu tadi, sedikit saja yang mau membuat discernment sesuai dengan azas dan […]

    Like

Previous Post
Next Post